Sabtu, 15 Oktober 2011

Pengertian Blooger

Pengertian Blogger

 

Sebenarnya sejauh mana sih kita memahami arti dari kata Blogger ? Sejauh mana kita mengerti apa itu blog dan blogger ? Akibat pemahaman yang salah tentang Blogger, saat ini Komunitas Blogger yang seharusnya menjadi Kekuatan Utama Blog sebagai web 2.0 menjadi sedikit ternoda akibat adanya Blogger- blogger yang saling sinis satu sama lain. Ada yang mengaku diri blogger yang biasa curhat di blognya merasa sinis dan tidak mengakui blogger lain yang kebetulan mengSEOkan dan memonetisasi blognya. Mereka menganggap hanya merekalah blogger dan yang mengSEOkan blog itu bukan blogger melainkan SEOer….
Tidak bisa kita pungkiri, saat ini begitu banyak Jenis-jenis Blogger yang tersebar di Blogosphere Indonesia, mulai dari Blogger Aristokrat hingga ke Blogger Cari Muka (untuk lebih jelasnya silahkan baca : Jenis-jenis Blogger ). Begitu pula tujuan para Blogger ngeblog sangatlah bervariasi, mulai dari sekedar curhat, mendapatkan penghasilan, berbagi ilmu, berbagi cerita, sampai yang merugikan seperti untuk Nyepam, nyebarin virus maupun nyebarin berita BOHONG alias HOAX .
Namun sayangnya, akibat pemahaman yang salah tentang blogger , banyak pihak-pihak yang merasa diri PALING BLOGGER (wkwkwkw bahasanya ) justru memandang para blogger dari jenis lain sebagai orang-orang yang ga pantas disebut blogger. Yang lebih parah, ga jarang mereka justru mereka memberi sebutan tersendiri bagi para blogger yang mereka anggap tidak pantas disebut sebagai blogger. Yup, mungkin saking mengertinya mereka sebagai blogger mereka lupa satuhal yang paling penting tentang apa itu blogger.
Blogger adalah objek pelaku dari sebuah blog, dengan kata lain Blogger (terlepas dari aksi google yang membeli domain blogger.com untuk layanan blognya) adalah orang-orang yang senantiasa menulis dan mengupdate blognya.
Saya justru meragukan KEBLOGGERAN mereka-mereka yang mengkotak-kotakkan komunitas blogger lain dengan memberi sebutan-sebutan bahkan istilah yang melenceng dari istilah Blogger itu sendiri.
Sebut saja, beberapa pihak menyebut para Blogger yang mengSEOkan blognya sebagai SEOer dan dengan terang-terang MEMBEDAKAN keduanya. Demikian juga, pihak-pihak yang tidak mengakui para blogger yang menggunakan wordpress.com dan layanan blog lainnya. Bahkan yang paling lucunya, ada juga yang dengan PINTAR nya menyebut bahwa yang disebut blogger adalah mereka-mereka yang memiliki domain komersil dan bukan sub domain dari blogspot ataupun wordpress…
Namun ada yang menarik yang saya lihat dari fenomena para mereka yang mengaku diri Paling Blogger ini. Bahwa sebagian besar dari mereka, ternyata menggunakan Blognya untuk hal-hal yang sangat tidak membangun atau boleh dikatakan justru hal-hal yang merusak citra Blogger itu sendiri. Sebut saja, orang yang membangun Blognya untuk mencari Uang terselubung dengan tulisan-tulisan yang “terkesan mencerahkan” padahal isinya adalah mencari penggemar setia lalu kemudian MEMANFAATKANnya. Ada juga, orang (baca: orang, bukan blogger) yang membangun blognya untuk mempromosikan cerita-cerita HOAXnya yang kemudian mencari sensasi dan popularitas dengan mengintimidasi para blogger lain.
Fenomena lain yang terjadi adalah adanya suatu “ketentuan terselubung” bahwa yang dinamakan Blogger Indonesia adalah mereka-mereka yang resmi bergabung dan mendukung sebuah wadah organisasi yang KATANYA untuk menampung aspirasi para Blogger. Walau pada kenyataannya, apa yang dilakukan oleh organisasi itu hanyalah untuk kepentingan pribadi bahkan cenderung merugikan blogger-blogger lain.
Kita tidak boleh menutup mata bahwa semua ini terjadi akibat Pemahaman Yang Salah Tentang Blogger. Karena itu, dalam artikel ini saya hendak mengajak semuanya untuk memahami bahwa Blogger adalah SIAPAPUN yang MENULIS dan MENGUPDATE blognya. Sehingga kita tak akan dengan PONGAH tidak mengakui para blogger yang mengelola blog-blog di bawah ini:
* Ada blogger yang memang untuk berbagi cerita atau curhat saja.
* Ada blogger yang memang meng SEO kan artikel-artikel blognya.
* Ada blogger yang menggunakan blognya untuk mencari uang.
* Ada blogger yang menggunakan blognya untuk berbagi ilmu.
* Ada blogger yang menggunakan blognya untuk mencari sahabat dan pacar.
Bukan cuma itu,
* Ada juga blogger yang menggunakan blog sebagai sarana BATU LONCATAN dalam menembus dunia jurnilistik.
* Ada juga blogger yang menggunakan blog sebagai sarana promosi produknya.
* Ada juga blogger yang menggunakan blog untuk menyebarkan berita bohong atau HOAX.
* Ada juga blogger yang menggunakan blog sebagai sarana popularitas.
* Ada juga blogger yang menggunakan blog sebagai sarana komunikasi dengan para saudara, sahabat, teman maupun penggemarnya.
* ………
* ………
Kalau dijabarkan satu-persatu, akan sangat panjang. Jadi kembali saja pada pemahaman dasar tentang blogger yang telah saya sebutkan di atas, bahwa BLOGGER adalah siapapun yang menulis dan mengupdate blognya. Dan karena KEKUATAN UTAMA BLOG yang mampu menjadi pelopor bangkitnya WEB 2.0 adalah KOMUNITAS, maka mari kita manfaatkan KOMUNITAS dalam bentuk Persatuan sebagai SENJATA UTAMA kita para Blogger.
Saya hanya berharap dari semua yang mengunjungi blog ini, agar marilah kita memahami apa sebenarnya Blogger itu sehingga dengan itu kita akan bisa melangkah semakin ke depan dalam mencapai persatuan antara Blogger Indonesia.

Kamis, 13 Oktober 2011

Sejarah Singkat Jam Tangan


Sejarah Jam
Pada abad ke-15, kenaikan yg berlayar di lautan Eropa navigasi dan pemetaan meningkatkan permintaan portabel penunjuk waktu, karena satu-satunya cara sebuah kapal dapat mengukur garis bujur dengan membandingkan tengah hari (tengah hari) waktu setempat untuk bujur bahwa orang Eropa meridian (biasanya Paris atau Greenwich) menggunakan waktu disimpan di kapal jam.Namun, proses itu sangat tidak dapat diandalkan sampai diperkenalkannya kronometer laut John Harrison. Namun, transovarial Sangat ITU tidak dapat diandalkan sampai diperkenalkannya Laut John Harrison kronometer. Oleh karena itu, kebanyakan peta dari abad ke-15 melalui abad ke-19 telah lintang bujur yang tepat tapi terdistorsi. ITU kebanyakan alasan untuk Artikel, Peta USING Abad Ke-15 tidak aktif Abad ke-19 telah Garis bujur lintang tepat tapi terdistorsi.
Jam-jam pertama mekanik cukup akurat mengukur waktu dengan pendulum tertimbang sederhana, yang tidak bisa dijalankan ketika gerakan tidak teratur titik tumpu terjadi baik di laut atau di jam tangan. Pertama selai Mekanik: P akurat mengukur Artikel Baru pendulum waktu berbobot Sederhana, Yang tidak Bisa dijalankan ketika tidak teratur Titik tumpu pergerakan terjadi Baik Di Laut Danijel Di arloji. Penemuan mekanisme musim semi sangat penting untuk jam portabel. Penemuan berlangganan My mekanisme pegas Sangat Penting selai untuk Artikel portabel. Dalam Tudor Inggris, pembangunan “saku-clockes” dimungkinkan oleh perkembangan mata air yang dapat diandalkan dan mekanisme pelarian, yang memungkinkan clockmakers untuk kompres perangkat ketepatan waktu menjadi kompartemen, kecil portabel. Dalam Inggris Tudor, pengembangan “kantong-clockes” Oleh diaktifkan pengembangan Sumber udara telah Yang diandalkan Dan mekanisme pelarian dapat, Yang kompres untuk Artikel clockmakers memungkinkan perangkat dalam ketepatan waktu berlangganan My Kecil Ke, kompartemen portabel.
strauss-pbs4clock042Pada 1524, Peter Henlein menciptakan arloji saku pertama. Asithi 1524, Petrus Henlein menciptakan arloji Saku pertama. Awal watches hanya memiliki jam tangan-tangan menit akan sia-sia karena tidak tepatnya mekanisme menonton. Jam Mutasi hanya Punya Satu jam waktu sebentar TANGAN-TANGAN Lagi-sia akan keanaeragaman sia KARENA ketidaktelitian USING mekanisme arloji. Akhirnya, miniaturisasi ini berbasis desain musim semi yang diizinkan untuk timepieces portabel akurat (kronometer laut) yang bekerja dengan baik bahkan di laut. Asithi akhirnya, miniaturisasi berbasis Suami Musim semi desain portabel Yang diperbolehkan untuk Artikel akurat timepieces (kronometer laut) Yang Baik bekerja bahkan Di Laut. Pada tahun 1556, Taqi al-Din membuat arloji saku musim semi-powered, yang mampu mengukur waktu dalam menit dengan memiliki tiga memanggil untuk jam, derajat dan menit. Tahun 1556, Musim Jawad al-Din menciptakan bertenaga Saku semi arloji, Yang mampu mengukur waktu dalam menit Artikel Baru memiliki Tiga cepat Perdana selama selai Kerja, menit Dan derajat. Contoh lain awal dari sebuah arloji yang diukur waktu dalam menit telah dibuat oleh seorang pembuat jam tangan Ottoman, Meshur Sheyh Dede, pada 1702. Contoh Lain arloji berlangganan My Mutasi USING Yang diukur dalam menit waktu telah Dibuat Oleh berbaring pembuat kemacetan Ottoman, Meshur Sheyh Dede, PADA 1702.
images2images-11Pada tahun 1850, Harun Lufkin Dennison didirikan Waltham Watch Company, yang merupakan perintis industri manufaktur arloji saku dengan bagian-bagian saling, Sistem Watch Manufaktur Amerika. Asithi Tahun 1850, didirikan Harun Dennison Lufkin Waltham Watch Company, Yang merupakan Perintis industri Pembuatan selai Saku Artikel Baru Bagian tidak saling dipertukarkan-Bagian tidak, Sistem Manufaktur Watch tengah wesel ekspor. Breguet mengembangkan menonton otomatis pertama yang dikenal sebagai abadi tahun 1780. Breguet mengembangkan diri berliku pertama menonton dikenal sebagai abadi pada tahun 1780.
Your watch your personality, mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan pergeseran fungsi arloji (jam tangan) saat ini. Fungsi utama arloji sebagai penunjuk waktu saat sedah dikemas apik dalam bingkai fashion dan gaya yang unik sesuai selera masing-masing pribadi. Tapi pernahkah kita terfikir sebenarnya sejak kapan sih arloji itu dikembangkan?
Arloji (merujuk istilah untuk jam tangan) mulai dikembangkan pada tahun 1600an yang merupakan pengembangan jam berpenggerak per/pegas pada tahun 1400an. Timeline untuk perkembangan arloji adalah sebagai berikut
PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP KULTUR KITA.,.,.,
Pengaruh Televisi Bagi Masyarakat Indonesia
Benjamin Olken, ekonom dari MIT, beberapa tahun lalu pernah meneliti pengaruh televisi di kalangan rumah tangga Indonesia. Kita tahu bahwa pulau Jawa adalah daratan yang terdiri dari sejumlah gunung dan dataran tinggi. Akibatnya ada wilayah yang mendapatkan sinyal televisi bagus namun ada juga yang terperangkap bayangan dataran tinggi sehingga penerimaan sinyalnya terbatas. Olken mensurvei lebih dari 600 desa di Jawa Timur dan Jawa Tengah serta membandingkan antara desa yang bisa menjangkau sedikit dengan desa yang bisa menerima banyak saluran televisi. Hasilnya cukup menarik. Setiap bertambah satu channel televisi yang bisa dilihat, maka rata-rata mereka menonton televisi lebih tujuh menit lebih lama. Ketika survei ini dilakukan, hanya ada 7 stasiun televisi nasional. Kalau survei tersebut dilakukan saat ini, bisa jadi waktunya akan bertambah besar.
Temuan lain yang tak kalah menarik adalah di pedesaan dengan penerimaan sinyal televisi yang lebih bagus menunjukkan adanya tingkat partisipasi kegiatan sosial yang lebih rendah. Artinya, orang lebih suka menonton televisi daripada terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Lebih dari itu, di pedesaan tersebut juga terlihat adanya tingkat ketidakpercayaan yang lebih tinggi di antara penduduk yang berakibat pada lesunya kerjasama perekonomian dan perdagangan.
Olken adalah orang yang sangat jarang menonton televisi namun merasa heran ketika melihat kecanduan orang Indonesia terhadap kotak hitam tersebut. Katanya, “I’ve been in many, many households in Indonesia that have a dirt floor, but they also have a television.” Ironis memang.
Senada dengan Olken, saya berpendapat bahwa maju tidaknya suatu bangsa bisa dilihat salah satunya dari tayangan televisinya. Alasannya:
1. Consumerism and materialism is killing nature. Dua hal tersebut merupakan jargon yang senantiasa didendangkan televisi dalam setiap detik tayangannya. Padahal, mengkonsumsi dan membeli lebih sedikit barang-barang (terutama yang sifatnya non-essential) tidak hanya menghemat anggaran tetapi juga meminimumkan dampak negatif terhadap lingkungan.
2. Living with social pressure. Televisi mengajarkan kita untuk living the way society wants it, not the way we want (need) it. Identitas diri kita bukan lagi apa yang ada dalam hati dan pikiran kita, tetapi menjadi apa yang didiktekan oleh televisi. TV menyiarkan A, besoknya kita ikut-ikutan A. TV mendengungkan B, kita merasa malu kalau tidak ikut B.
Memang bisa dimaklumi kalau uang lagi-lagi jadi alasan. Rumah produksi ingin membuat acara berbiaya rendah tapi laku keras. Orientasi komersial jadi prioritas ketimbang kualitas acara. Karenanya wajar jika sinetron dan (un)reality show masih menjadi primadona. Sekali sinetron digemari, sekuelnya segera dibuat—-karena risikonya lebih kecil daripada harus membuat judul baru. Ketika Playboy Kabel dianggap sukses, maka Katakan Cinta, Truk Cinta, Cinta Monyet, Mak Comblang, Cinta Lokasi, Backstreet, Pacar Pertama, Harap-harap Cemas, Termehek-mehek, dan sebagainya langsung mencuat.
Jadilah kemudian lingkaran setan yang susah diputus. Produser membuat acara berdasar rating. Rating dibuat karena basis jumlah penonton. Rating acara-acara semacam itu biasanya cukup tinggi yang berarti bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang “bandel” menonton acara semacam itu. Kalau acara-acara semacam itu masih menjamur, artinya harus diakui bahwa selera mayoritas masyarakat kita masih begitu rendah.
Sebaliknya, mungkin ada juga orang-orang dunia hiburan yang ingin membuat tayangan berkualitas namun lagi-lagi terbentur rating. Serial Arisan atau Jomblo mungkin cukup seru dan bermutu, namun harus bubar jalan. Barangkali ada yang pernah berniat membuat acara seperti Animal Planet atau National Geography namun terbentur biaya tinggi dan rating yang rendah. Akibatnya iklan yang masuk minim dan pengeluaran pastinya lebih besar daripada pemasukan.
Belum lagi tayangan kuis tengah malam yang nakal menggoda atau iklan SMS interaktif yang menawarkan berbagai “keuntungan” bagi Anda. Dengan kualitas tayangan yang babak belur, mereka bisa jor-joran beriklan. Hal ini menunjukkan bahwa perolehan mereka cukup lumayan. Nyatanya mereka makin menjamur dan berkembang dengan variasi yang begitu banyak. Mau tahu ramalan masa depan Anda? Ketik REG spasi omong kosong, kirim ke XXXX. :)

      


Tahun lalu, kabarnya Indosiar merugi cukup besar hingga Rp 24 miliar gara-gara kurang mampu mengikuti “tren.” Sebaliknya, RCTI (dan MNC secara umum) menangguk untuk yang sangat menggiurkan karena cepat menangkap peluang di pasar.
Ini memang sudah menjadi pembodohan terselubung yang dilakukan secara berjamaah. Kalau sudah begini, solusinya cuma dua. Pertama, sebisa mungkin minimalkan waktu Anda dan keluarga untuk menonton televisi dan batasi hanya untuk program-program tertentu saja. Kedua, pemerintah mustinya lebih keras membatasi tayangan televisi. Misal, 40% tayangan televisi harus bersifat edukatif dan sinetron dan infotainment masing-masing hanya boleh 20% dan 5% saja. Kalau perlu, Kelompencapir di era Soeharto dibuat episode baru karena toh sebagian besar penduduk kita adalah petani.